Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Contoh Novel Pribadi dari Kecil Sampai Besar

Contoh novel pribadi dari kecil sampai besar berikut ini merupakan kisah perjalanan hidup dari seorang penulis yang bernama Umi dari kota Kebumen.

Contoh Novel Pribadi dari Kecil Sampai Besar

Contoh Novel Pribadi dari Kecil Sampai Besar

Nama saya Umi Riadatul, biasa dipanggil Umi, saya lahir pada tanggal 27 Maret 2001 di Kebumen. Masa kecil saya hampir sama dengan anak-anak kecil lainnya yang hidupnya normal tanpa ada cacat pada bagian badan saya.

Waktu masih kecil saya dirawat dan dibesarkan oleh ibu dan ayah saya yang kebetulan masih tinggal di rumah nenek saya, jadi kami belum mempunyai rumah sendiri. 

Hidup dengan apa adanya karena ayah saya harus mencukupi 3 orang sekaligus di rumah, jadi memang agak kelelahan. Waktu itu, ayah masih bekerja di Jakarta sebagai supir pribadi pemilik toko material.

Setelah memasuki umur 5 tahun, ibu melahirkan adik laki-laki saya yang bernama Muhammad Fatkhurrahman. Ia merupakan teman sekaligus partner debat saya, karena selama 5 tahun hidup saya biasa-biasa saja karena tidak ada teman yang bisa diajak bercanda selayaknya teman. 

Nenek saya sudah terlalu berumur untuk diajak bercanda dan ibu saya terlalu sibuk dengan dapur rumah, jadi tidak ada waktu.

Genap 5 tahun saya juga masuk TK yang jaraknya bisa ditempuh sekitar 15 menit, waktu itu, masih diantar ibu saya dengan mengendarai sepeda gayung. 

Kebanyaan teman-teman saya sekolah sambil ditemani orang tua mereka, tapi saya berbeda, ibu saya harus pulang untuk mengurus nenek yang di rumah sendiri dan harus masak. Semenjak itu saya diajarkan untuk apa-apa bisa sendiri dan tetep mandiri saja.

Setelah memasuki umur 6 tahun saya langsung masuk ke SD untuk melanjutkan belajar. Karena sejak sekolah TK saya tidak pernah ditemani orang tua, mulailah di sini keberanian mengawali awal masuk sekolah dasar dengan berjalan kaki sendirian tanpa orang tua. 

Waktu masuk ke dalam gerbang ternyata di dalam banyak orang tua siswa kelas 1 yang diantar dan ditemani orang tuanya, seperti memang hanya saya yang tidak didampingi orang tua.

Tapi itu bukan sebuah masalah bagi saya karena saya menganggap itu semua kelebihan saya jadi makin kuat karena tidak terlalu mengandalkan siapapun.

Waktu SD semua berjalan dengan terbiasa sendiri hingga 6 tahun, tapi saya tetap memiliki teman yang kebetulan memang tetangga 5 langkah dari rumah, namanya Indah Safitri, rumahnya hanya berada di belakangku. 

Waktu berangkat sekolah mulai kelas 2 SD kita selalu bareng-bareng, mulai berangkat mengaji di TPQ hingga temen bermain di rumah. Jadi, kita sudah terbiasa dianggap kembar sama tetangga karena kita terbiasa bareng-bareng terus.

Masuk SMP saya mendaftar sendiri dan berangkat sendiri, kurang lebih jaraknya 20 menit dari rumah. Waktu masuk SMP kelas 1 saya belum memiliki teman yang terlalu akrab masih biasa saja, tapi saya memiliki teman laki-laki yang bisa disebut kekasih hati. 

Dia satu kelas dengan saya, banyak orang yang menyukainya hingga kakak tingkat tapi saya sendiri tidak tahu kenapa dia tetep memilih saya. 

Setelah memasuki kelas 2 kami berdua memutuskan untuk putus karena memang tidak ada gunanya pacaran di waktu sekolah mulai serius.

Masuk kelas 2 SMP saya menemukan teman kelas yang kebetulan juga tetangga rumah, jadi setiap kami berangkat sekolah selalu bareng.

Tapi dia terus yang selalu ke rumahku karena dia yang lebih cepat bangun dan rajin banget. Sedangkan aku paling anti bangun cepat karena malas juga karena pagi hari selalu dingin.

Setelah itu, saya masuk ke SMA yang jaraknya jauh banget dari rumahku kurang lebih 1 jam, jadi saya memutuskan untuk ngekos karena kalau berangkat dari rumah ternyata jauh banget. 

Awalnya, mama sama papa tidak mengizinkan tapi karena waktu itu saya mengalami kecelakan jadi mereka memperbolehkan karena takut kalau saya nekat berangkat sendiri dengan jarak jauh jadi kecelakan lagi.

Waktu SMA saya punya banyak teman yang patut dibanggakan karena mereka selalu ada selama 3 tahun, kita selalu makan bareng, berangkat sekolah bareng, hingga tidur bareng. Jadi, masa SMA memang tidak bisa dilupakan dalam waktu singkat.

Setelah masa SMA selesai, saya memilih untuk melanjutkan sekolah di Solo karena tempatnya yang lebih strategis dan kendaraan yang digunakan untuk sampai di Solo dari rumah juga sangat mudah. 

Sekolah di Solo membuat saya belajar banyak hal, terutama dalam hal mengandalkan diri sendiri dengan baik karena di tempat perantauan kita tidak bisa mengandalkan orang lain lebih dari kita mengandalkan diri kita sendiri.

Baca juga : Cerita pendek tentang diri sendiri.

Rio Ve
Rio Ve Ikatlah ilmu dengan menulis

Posting Komentar untuk "Contoh Novel Pribadi dari Kecil Sampai Besar"